Panduan Aksi Karantina

Clara Evangeline
3 min readOct 19, 2020

--

Minggu pertama

“…dengan ini, kampus ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. “

Tunjukkan kebingungan. Khawatirkan kuliahmu. Bagaimana edukasimu?

“…semua penerbangan dihentikan.”

Sekarang kamu terjebak. Bagaimana caranya pulang?

“…jumlah kasus kian meningkat...”

Jangankeluarnantikena.Jangankeluarnantisakit.Demiapapunhindarisemuaorang.Dibelakangadarumahsakit,apasemuaorangsedangkesanatolongtolongjanganmendekatkesini.

Lalu tertawa pasrah.

Minggu ketiga

“Maaf ya, Zoom call maksimal 40 menit.”

Kesallah. Memang semua sedang kacau. Termasuk kamu.

Kulkas mulai kosong. Harus keluar untuk beli bahan makanan. Pakai APD. Tidak punya APD? Pakai apapun yang ada dirumah. Helm bisa jadi face shield. Pembalut bisa jadi masker. Siapa lagi yang peduli, ini kan krisis.

Masih paranoid terinfeksi lewat udara? Jangan keluar. Pesan online. Biarlah plastik pembungkus makanan yang harus dirobek karena terikat terlalu ketat menumpuk di keranjang sampah komunal kosan. Jangan lupa semua disemprot disinfektan. Badanmu juga. Mandi Dettol bila perlu.

Sudah sampai di supermarket? Sayang sekali, kamu telat. Makanan sudah habis diborong. Dettol juga sudah kosong. Pesan online? Harganya seratus ribu rupiah untuk botol terkecil. Terserahmu, mau beli Dettol atau mau beli sayur.

Bulan kedua

Ranjang tidak melebihi 3 meter jaraknya darimu. Kelaspun bisa tidur. Itupun kalau ada kelas. Dengar-dengar dosen A tidak punya laptop. Ya sudah, bukan salahmu juga.

Kapan pintumu terakhir dibuka? Tidak tahu juga. Coba intip keluar. Kalau beruntung, bisa bertemu terakhir kalinya dengan teman yang sedang memindahkan semua barangnya untuk dibawa pulang. Yah, kenapa kamu tidak ikut pulang? Oh benar juga, tidak semudah itu untukmu.

Bersihkan kamarmu. Paham, kamu sudah membersihkannya kemarin, dan sehari sebelum kemarin. Tetap saja kembali kotor. Bersihkan lagi. Piring-piringmu juga, cuci semua. Disinfektan buatanmu sendiri masih ada kan? Semprot lagi semuanya setelah bersih. Kamu dengar orangtua B meninggal kemarin? Kasian, dia bahkan tidak sempat menengok. Makanya, bersihkan.

Apa kabar tugas-tugasmu? Semakin menumpuk? Ayo terus kerjakan. Bawa laptopmu ke ranjang bila perlu. PSBB bukan berarti kamu bisa kurang produktif. Punya waktu tambahan? Buka bisnis. Ikut seminar. Belajar, terus menerus. Kamu punya segala waktu di dunia. Sebentar lagi mau lulus juga kan? Percantik CVmu. Tambah isi portofoliomu. Ayo terus, masa mau kalah dengan yang lain. Kamu butuh uang juga kan?

Bulan keempat

Ganti celanamu. Bekas tumpahan kecap manis dari saat makan tiga hari lalu terlihat jelas dari jauh. Kausmu juga kalau bisa. Jangan sampai dikira teman-teman tidak mandi saat kalian kembali berbincang di videocall.

Butuh teman yang lebih nyata daripada gerak gerik di layar HPmu? Beli tanaman (jangan sampai mati). Peliharaan, kalau bisa. Hamster boleh juga. Dikasih makan, ya.

Agak seringlah ke supermarket. Jangan beli terlalu banyak makanan, kamu sudah cukup bertambah berat. Nikmati saja udara kebebasan sesaat sebelum kamu harus kembali ke penjaramu. Apa penjaramu dekat dengan zona merah? Ya sudahlah, tenaga untuk peduli juga sudah habis. Omong-omong penjara, sepertinya kamu harus berhenti menganggapnya seperti itu. Tidak sehat, kalau kata psikolog yang kamu mintai konseling online.

Berhenti juga tidur-tiduran melamun. Tidak berguna. Kalau kamu tidak mengerjakan sesuatu sekarang juga, nanti hidupmu sama tidak bergunanya.

(Atau memang aku yang sudah tidak berguna?)

Bulan kedelapan

New normal, katanya. Waktunya kembali. Apa yang baru? Apa yang normal? Katanya tetangga masih PSBB? Entahlah, panca indra sudah menerima kondisi ketidaktahuan dan kebingungan sepenuhnya.

Lihat, jalanan sudah ramai kembali. Itu plat mobil apa? B? F? Ah, mereka ingin keluar kota. Lho, itu kerumunan orang dengan spanduk? Ah, ternyata mereka juga ingin bebas. Seram juga bebasnya, dikejar-kejar orang berseragam. Kamu mau ikut? Atau mau cepat-cepat balik? Yah, terserah.

Ingatkan kampus untuk memperbarui server, jangan sampai kalian tidak bisa absen kelas. Sekalian mengurangi SPP kalau perlu, supaya tidak terlalu pedih tidak dapat mengalami kelas tatap muka lagi. Jangan lupa upacara wisudanya, masa mau terus ditunda? Ospeknya juga, jangan sampai dibentak.

Media sosial harus senantiasa aktif. Gali informasi, baca terus berita-berita buruknya. Jaga hubungan. Tidak ada yang kamu temui akhir-akhir ini, jadi kamu harus melakukan ini. Telepon keluarga. Pastikan mereka tahu kamu baik-baik saja.

Jangan ke rumah sakit. Masih banyak yang melayang disana.

Katanya vaksin sudah ada yang membuat? Dimana? Kenapa angka penderita masih naik? Ayo cepat, akhiri saja ini semua. Harus sampai kapan seperti ini? Harus sejauh mana panduan ini ditulis? Bagaimana panduan ini ditutup?

Entahlah, memang ada yang bisa beres ditengah ini?

--

--

Clara Evangeline
Clara Evangeline

Written by Clara Evangeline

Pouring whatever's stuck in my mind here.

No responses yet